Fungsi Ignition Coil Dan Cara Kerjanya
Ignition coil (koil) merupakan salah satu komponen penting dalam sistem pengapian mobil, khususnya pada mobil bermesin bensin. Ya, mesin bensin membutuhkan percikan api dari busi agar mesin bisa hidup dan bekerja secara normal.
Untuk mesin bensin model lama, ignition coil terhubung dengan kabel busi dan busi. Biasanya dipasang dibagian dalam distributor, namun sebagian lagi ada juga yang dipasang diluar distributor (sangat tergantung dari tipe mobil dan jenis mesin yang digunakan).
Namun, untuk mesin bensin model terbaru, ignition coil terpasang tepat diatas busi, bahkan satu busi terhubung hanya dengan satu ignition coil. Ignition coil seperti ini sering disebut sebagai Coil On Plug atau coil jenis pensil karena bentuknya yang dianggap mirip seperti pensil.
1. Fungsi Ignition Coil
Fungsi Ignition coil adalah untuk meningkatkan tegangan battery dari 12 volt menjadi 25.000 volt yang masuk sebagai tegangan tinggi dengan memanfaatkan tenaga hasil induksi elektromagnetik. Listrik tegangan tinggi ini kemudian digunakan untuk menghasilkan loncatan bunga api pada busi di dalam ruang bakar.
Untuk menghasilkan listrik tegangan tinggi, ignition coil menggunakan dua buah kumparan yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder. Kedua kumparan ini disusun sedemikian rupa sehingga dapat menaikkan tegangan baterai melalui induksi elektromagnetik / induksi magnet listrik. Untuk lebih jelasnya berikut konstruksi yang umum ada pada Ignition coil
2. Konstruksi Ignition Coil
Seiring dengan perkembangan teknologi otomotif, bentuk dan model ignition coil pun ikut berubah. Namun secara garis besar, konstruksi Ignition coil ini umumnya terdiri dari kumparan primer, kumparan sekunder, komponen penyekat. Berikut penjelasannya
a). Kumparan Primer (Primary Coil)
Kumparan primer dalam ignition coil berupa gulungan kawat tembaga dengan ukuran diameter kawat sekitar 0,5mm-1,0mm. Jumlah gulungan dalam kumparan primer ini biasanya berkisar diantara 150 s/d 300 kali gulungan yang mengelilingi kumparan sekunder .
Pada kumparan primer, terdapat 3 titik jalur hubungan yaitu ke aki (battery) melalui primary terminal positif , ke kumparan sekunder (hubungan dalam) serta menuju ke contact point melalui primary terminal negatif.
b). Kumparan Sekunder (Secondary Coil)
Kumparan sekunder dalam ignition coil juga merupakan gulungan kawat tembaga dengan ukuran diameter kawat sekitar 0,05mm-0,1mm. Jumlah gulungan dalam kumparan sekunder lebih banyak dibanding dengan jumlah gulungan pada kumparan primer. Untuk kumparan sekunder setidaknya terdapat 15.000 s/d 30.000 kali lilitan pada inti besi.
Kumparan sekunder merupakan bagian yang terhubung ke busi (spark plug), ini artinya, kumparan sekunder lah yang menghasilkan tegangan tinggi hasil dari induksi elektromagnetik yang terjadi di kumparan primer.
c). Komponen Penyekat
Komponen penyekat dalam Ignition coil berfungsi untuk memisahkan kumparan primer dengan kumparan sekunder agar tidak mudah short (korslet). Komponen penyekat ini setidaknya harus memiliki kemampuan untuk menahan panas serta memiliki isolator yang mampu bertahan pada tegangan tinggi.
Untuk model tabung (ignition coil model lama) komponen penyekat umumnya terbuat dari kertas khusus yang diletakkan diantara kedua kumparan dan beberapa ada yang menggunakan cairan seperti oli khusus.
Sedangkan untuk ignition coil model baru lebih banyak menggunakan resin / lilin berbahan khusus yang sanggup menahan panas dan tegangan tinggi hasil induksi.
Baca juga :
3. Cara kerja Ignition Coil
Seperti kita ketahui bahwa lilitan kawat tembaga yang sering disebut sebagai kumparan akan menghasilkan medan magnet jika di aliri tegangan dan arus listrik.
Besarnya medan magnet tergantung dari jumlah lilitan, besar diameter kawat, serta besar tegangan dan arus yang mengalir pada kumparan tersebut. Semakin besar jumlah lilitan dan arus yang mengalir maka medan magnet yang tercipta pun juga akan semakin besar.
Ketika medan magnet yang ada di sejajarkan dengan kumparan lainnya (kumparan sekunder contohnya) maka akan terjadi induksi elektromagnetik pada kedua kumparan tersebut.
Induksi elektromagnetik yang terjadi saat ini tidak memberikan efek munculnya electromotive force (gaya gerak listrik) pada masing-masing kumparan, termasuk pada kumparan sekunder yang berfungsi untuk menghasilkan tegangan tinggi hingga 25.000 volt .
Electromotive force sesaat bertegangan tinggi bisa muncul pada kumparan sekunder jika arus listrik yang mengalir pada kumparan primer diputus secara tiba-tiba.
Oleh karena itu, pada sistem pengapian biasanya dipasang contact point (platina) yang berfungsi untuk memutus arus listrik pada kumparan primer sehingga bisa menghasilkan electromotive force (gaya gerak listrik) .
Ketika arus listrik pada kumparan primer diputus secara tiba-tiba, maka induksi elektromagnetik yang terjadi pada kumparan primer juga hilang. Hal ini mempengaruhi kumparan sekunder sehingga dapat menghasilkan electromotive force (gaya gerak listrik) dengan tegangan yang sangat tinggi sampai 25.000 volt.
Dengan begitu, maka akan muncul lompatan listrik berupa percikan bunga api di kepala busi (spark plug) akibat tegangan yang sangat tinggi, hasil dari electromotive force yang muncul pada kumparan sekunder.